Kamis, 22 Juli 2010

Monumen Pemberontakan PETA Blitar

Hari Minggu 18 Juli 2010, tidak ada rencana untuk hari tersebut. Persiapan tenaga untuk meeting di Malang Hari Senin. Seperti Minggu pagi sebelumnya bangun siang hari, sarapan pagi dengan sebungkus nasi pecel. Habis sarapan si nyonya muda kepengen rujak buah, akhirnya keluar deh ama nyonya muda dan jagoan kecil keliling kota hunting rujak buah. Yang paling enak rujak sebelah barat alon-alon, pas nyampe sana tukang rujaknya belum jualan. Keliling kota cari-cari akhirnya diputuskan makan rujak buah deket TMP (Taman Makam Pahlawan).

Pas makan rujak liat-liat sekeliling mataku tertuju ke lapangan atau tanah lapang berpaving di belakang tenda tukang rujak, ingatanku kembali ke masa sekolah SD dulu. Dulu tiap sore habis pulang sekolah aku dan temen-temen sering main sepak bola dilapangan itu. Dulu lapangannya rumput disekelilingnya banyak pohon, sekarang lapangan itu dipaving. Lapangan itu ada di sebelah timur patung tentara PETA. Ah..patung tentara PETA, patung-patung itu adalah Monumen PETA Blitar. Sebuah monumen untuk mengenang pemberontakan tentara PETA Blitar tahun 1945. Kebetulan bawa kamera, jadi jeprat-jepret memfoto monumen dan sekitarnya.

Seperti yang tertulis di plakat di bawah patung Supriyadi “ DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL 14 FEBRUARI 1945 TEPAT PADA JAM 02.30 DINI HARI BERDENTUMLAH SUARA MORTIR YANG PERTAMA SEBAGAI TANDA DICETUSKANNYA PEMBERONTAKAN TENTARA PETA BLITAR YANG DIPIMPIN SODANCHO SUPRIYADI MELAWAN PENJAJAH JEPANG. BERSAMA DENGAN GERAKAN PASUKAN TERSEBUTDIKIBARKANLAH BENDERA PUSAKA MERAH PUTIH DITIANG BENDERA LAPANGAN APEL TENTARA PETA YANG TERLETAK DI SEBERANG MARKAS DAIDAN “ Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa Pemberontakan tentara PETA (Para pemuda yang dilatih militer Jepang, dengan harapan dapat membantu Jepang menahan gempuran Sekutu) Blitar yang dipimpin oleh Sodancho Supriyadi pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan itu (penyergapan mendadak terhadap kantor telepon, markas kepolisian, gudang amunisi, dan sasaran-sasaran lain yang semua masih dikuasai orang-orang pendek dari Negeri Matahari Terbit) dilakukan karena para pemuda tersebut sudah tidak tahan atas perlakukan tentara jepang terhadap rakyat.

Monumen PETA ini dulunya bentuknya tidak seperti sekarang ini. Monumen pertama berbentuk lingkaran kolam yang ditengah-tengahnya berdiri sebuah patung tentara PETA menyandang senjata. Patung itu berlandaskan miniatur Gunung Kelud. Patung Tentara PETA itu sekarang masih ada, cuman diletakkan di belakang monumen. Monumen kolam itu dirombak total menjadi sebuah patung Sodancho Supriyadi mengepalkan tangannya.

Para pejuang PETA yang memberontak bukan hanya Sodancho Soepriadi. Tetapi putra Blitar tersebut didukung oleh 6 tokoh yang lain, yaitu : Chudancho dr Soeryo Ismail, Shodancho Soeparjono, Budancho Soedarmo, Shodancho Moeradi, Budancho Halir Mangkoe Dijaya, dan Budancho Soenanto. Berangkat dari kesadaran bahwa keenam pejuang PETA tersebut juga bahu-membahu bersama Sodancho Soepriadi melawan Jepang, maka Pemerintah Kota Blitar ingin menempatkan mereka sebagaimana layaknya para pejuang. Cara yang dipilih adalah, dengan membangun patung keenam tokoh tersebut, satu area di kompleks Monumen PETA. Tanpa mengesampingkan peran sentral tokoh Sodancho Soepriadi sebagai pemimpin pemberontakan, maka keenam patung tokoh tersebut, dibangun mengapit patung Sodancho Soepriadi yang lebih dulu dibangun. Posisinya, tiga patung di sisi timur dan tiga lainnya di sisi barat. Peletakan batu pertama yang menandai dibangunnya keenam patung pahlawan PETA tersebut, dilakukan oleh Walikota Blitar Drs H Djarot Syaiful Hidayat MS. 16 Agustus 2007. Dan monumen tersebut selesai dipugar dan diresmikan 14 Pebruari 2008 tepat pada hari peringatan Pemberontakan PETA Blitar.

Masih banyak lagi cerita-cerita dibalik Pemberontakan PETA Blitar, seperti dikibarkannya Bendera Merah Putih setelah peristiwa, misteri raibnya sang pemimpin pemberontakan Supriyadi yang hingga kini belum diketahui. Untuk lebih detailnya mungkin link-link berikut bisa membantu :

http://cahdjengkol.multiply.com/journal/item/79

http://anusapati.blogdetik.com/2008/08/11/supriyadi-muncul/

http://rosodaras.wordpress.com/2009/07/18/bung-karno-terlibat-pemberontakan-peta/

http://www.hermawan.net/index.php?action=news.detail&id_news=18521


Sabtu, 17 Juli 2010

Perjalanan Ke Puncak Kelud

Libur Sabtu dan Minggu 10 Juli 2010 ini saya gunakan untuk berlibur dengan keluarga, kali ini kami ber wisata di daerah wisata sekitar Blitar Puncak Gunung Kelud. Kabupaten Blitar sebelah utara berbatasan langsung dengan puncak Kelud, tetapi untuk menuju kesana jalan kita lewat jalur sebelah barat, dari wilayah Kabupaten Kediri atau lewat Ngancar. Jalur itu menjadi jalur satu-satunya yang digunakan para pelancong, jalur itu sudah dikelola dengan baik oleh Pemkab Kediri.

Sebelum bercerita tentang perjalanan ke Puncak Kelud berikut sedikit tentang Gunung Kelud yang saya ambil dari Wikipedia dan cerita dari beberapa orang.

Sejak abad ke-15 , Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.

Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah , peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelut kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut terjdi gejala unik yang baru terjadi dalam sejarah Kelut dengan munculnya asap putih dari tengah danau diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.

Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).

Letusan Kelud yang pernah saya alami adalah letusan 1990 dan 2007, letusan tahun 1990 terjadi saat saya kelas 1 SMP. Saya ingat waktu itu saya masuk sekolah siang tiba-tiba di suruh pulang karena ada kabar Gunung Kelud meletus. Saya lihat ke arah utara terlihat puncak kelut mengeluarkan asap, sekitar jam 2 siang sesampai dirumah hujan pasir melanda diawali dengan hujan kerikil kecil-kecil. Muntahan material menjadi hujan pasir disertai suara menggelegar berlangsung sampai malam. Setelah pasir diakhiri dengan hujan abu. Keesokan harinya terlihat akibat hujan pasir dan abu semua tertutup pasir, pemandangan terlihat seperti habis hujan salju.

Untuk letusan tahun 2007, seperti dikisahkan di Wikipedia letusan tidak terlalu membaya dampak yang besar. Hanya membuat warga sedikit panik. Menurut cerita orang-orang letusan yang paling membuat sengsara adalah letusan tahun 1966. Letusan itu terjadi setelah perstiwa pemberontakan PKI dan krisis ekonomi.

Letusan 2007 yang unik inilah yang membuat puncak Kelud semakin banyak di kunjungi. Timbulnya Gunung Anakan membuat banyak orang penasaran dan semakin digarapnya puncak kelud menjadi tujuan wisata membuat akses kesana mudah.

Kembali ke perjalanan puncak Kelud, ini kali kedua saya pergi ke sana pertama dulu saat masih SMA dengan temen2. Saat itu medan masih sulit tidak ada sarana seperti sekarang. Dari Blitar perjalanan menuju ke utara lewat Desa Penataran kemudian memutar lewat Ngancar untuk cari jalan yang bagus. Kita tidak perlu bingung, karena setiap pertigaan atau perempatan ada penunjuk arah ke Kelud. Sampai di pintu gerbang masuk wilayah wisata kami dikenakan biaya masuk Rp.5.000,- per kepala dan Rp.1000,- per sepeda motor. Di pintu retribusi ini terdapat rest area dengan tempat parkir yang lumayan luas dan kantin2 yang menyediakan makanan. Kita dapat beristirahat sebentar sbelum meneruskan perjalan dengan medan yang menantang.

Lepas dari pintu gerbang perjalanan masih lumayan jauh dari puncak. Jalan yang berkelok-kelok dan nauk turun curam membutuhkan kendaraan yang handal. Medan yang berat itu dapat tertutupi oleh pemandangan kanan kiri yang bagus, jurang-jurang dengan pepohonan yang hijau sayang kalo kita lewatkan. Sembari istirahat kita bisa menukmati pemandangan sambil berfoto-foto. Sampai di puncak kita melewati satu gerbang lagi untuk parkir kendaraan, dikenakan biaya parkir Rp.1.000 per motor. Tempat parkir motor dan mobil cukup luas dengan penjaja makanan di sebelah kiri dan pemandangan jurang di sebelah kanan. Harga-harga makanan cukup murah (standar), menurut saya untuk ukuran tempat wisata cukup murah.

Untuk menuju kawah kita turun jalan kaki lewat jalan yang cukup lebar dan melalui terowongan yang panjangnya sekitar 100 meter. Terowongan itu semacam jalan lahar/sistem pembuangan bila gunung meletus, dibangun mulai 1926. Terowongan yang gelap hanya diterangi cahaya dari mulut terowongan, kita harus persiapan senter agar nyaman melewati terowongan tersebut, cahaya dari HP tidak membantu. Keluar dari terowongan melalui jalan berpaving kita langsung menuju kawah. Sebelum letusan 2007 kawah itu berupa danau, kini dari dalam kawah muncul material-material yang membentuk sebuah gundukan yang disebut Gunung Anakan. Melewati tangga kita bisa mencapai dasar gunung anakan ini.

Gunung anakan ini mengeluarkan asap. Terlihat tinggi besar dihadapan kita, membuat kita sadar betapa Tuhan Maha Agung. Selain fenomena ini kita dapat menikmati pemandangan dari puncak tertinggi Gunung Kelud memalui suatu tempat pandang/semacam gasebo di puncak. Sebelum kesana kita harus naik anak tangga yang cukup tinggu dan curam. Membutuhkan tenaga ekstra untuk sampai kesana. Saat itu saya lihat ke atas gasebo itu tertutup kabut, saya pikir percuma saya naik keatas, Jadi kesempatan ini saya tidak naik ke puncak. Selain itu tempat yang patutu kita kunjungi adalah pemandian air panas. Letaknya turun kebawah sebelum memasuki mulut terowongan. Kita harus turun sekutar 200 anak tangga untuk sampai kesana. Pemandian air panas ini saya lewatkan juga. O iya selain pemandangan alam pengelola juga menyediakan beberapa wahana yang bisa dinikmati seperti flying fox dan sewa kendaraan ATV. Hanya dengan membayar Rp.10.000 kita dapat meluncur dengan flying fox. Di dekat kawah juga ada jasa foto langsung jadi dengan latar belakang kawah/gunung anakan hanya dengan Rp 10.000 sekali jepret.

Hari sudah siang, sebenarnya belum puas menikmati pemandangan Puncak Kelud. Tapi karena waktu makan siang dan anak saya sudah capek maka sekitar jam 12 kita pulang. Itulah sedikit ceritaku dari perjalanan ke Puncak Kelud.

Jumat, 09 Juli 2010

Blitar Kota Kecil Yang Kondang

Blitar kutho cilik kang kawentar
Edipeni Gunung Kelud sing ngayomi
Blitar jaman jepang nate gempar
Peta brontak sing dipimpin Supriyadi

Blitar nyimpen awune sang Natha
Madjapahit ana candhi Penataran
Blitar nyimpen layone Boeng Karno
Proklamator lan Presiden kang sepisan

Ana crita jare Patih Gadjahmada
Ingkang bisa nyawidjikne Noeswantara
Lan uga Bung Karno kang kondang kaloka
Ana tlatah Blitar lahir cilik mula

Ora mokal Blitar dadi kembang lambe
Ora mokal akeh sing padha nyatakne
Yen to geni ngurubake semangate
Yen to banyu nukulake patriote

Itulah tembang jawa yang menceritakan tentang betapa Blitar adalah kota yang menyimpan banyak sejarah. Aku sejak kecil sudah pernah dengar tembang ini, entah siapa yang menciptakan dan mempopulerkan tembang ini (mungkin temen-temen ada yang pinya info sejarah lagu ini). Di acara-acara campursari dan pagelaran wayang sering tembang ini di kumandangkan (hehehe..kayak lagu kebangsaan).

Kalo diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kira2 artinya gini : Blitar kota kecil yang tersohor, kota yang indah dilindungi Gunung Kelud, Blitar jaman Jepang pernah gempar, gempar oleh bentrokan PETA yang dipimpin Supriyadi. Bait ke 2 : Blitar menyimpan abu pendiri Majapahit di Candi Penataran (Pendiri Madjapahit Raden Widjaya konon di kuburkan atau ditandai dengan Candi Penataran). Blitar menyimpan jasad Bung Karno, proklamator dan presiden pertama.

Bait ketiga : Konon ceritanya Patih Gadjah Mada yang menyatukan nusantara dan Bung Karno yang terkenal di tlatah Blitar dilahirkan (untuk bait ini mungkin masih perlu penelitian yang lebih mendalam...hayo sapa mau?). Bait terakhir : Tidak aneh Blitar jadi buah bibir, tidak aneh banyak yang ingin membuktikan. Kalau api mengobarkan semangat, kalau air menumbuhkan patriotisme.

Itulah sedikit tentang tembang Blitar..aku nggak tau judulnya apa. Di artikel selanjutnya mungkin saya akan bercerita tentang tempat dan orang yang diceritakan ditembang itu.

Selasa, 06 Juli 2010

Lahir di Blitar 1976


Nama saya Arief Soedjono, lahir di Bidan Siti di Jalan Dr Wahidin Kota Blitar Tanggal 19 Oktober 1976. Terlahir dari Ibu Siti Asiah dan Bapak Suyadi. Sejak lahir sampai lulus SMA tinggal di Blitar. Lulus SMA tahun 1995 melanjutkan kuliah di Universitas Brawijaya Malang, sempat kost selama 4 semester selanjutnya tolak balik Blitar Malang sama saja dengan tinggal di Blitar lagi.

Selesai kuliah tahun 2000 dengan nilai yang pas-pasan sehingga sulit cari kerja. Selama 2 tahun menjadi pencari kerja di Blitar. Setelah 2 tahun menganggur tahun 2002 mendapatkan kerja di Surabaya.Dua tahun bekerja dengan gaji pas-pasan, tahun 2004 pindah kerja dan dapat tugas di Bandung dan Jakarta. Bosan kerja di Jakarta tahun 2005 pulang kampung dan menikah. Awal 2005 itu juga bekerja di PT WOM Finance Surabaya, setelah bertugas di Gresik dan Mojokert tahun 2007 saya mendapat tugas di WOM Blitar sampai saat ini.

Semenjak saya tinggalkan Blitar 2002 hingga 2005 banyak perubahan terjadi. Saya tinggalkan Blitar 2005 hingga 2007 perubahannya tembah pesat. Dari 2007 sampai 2010 ini dimana kota ini tidak pernah aku tinggalkan juga banyak perubahan di sana sini. Perubahan-perubahan yang tidak aku sadari, perubahan-perubahan yang tidak aku perhatikan, perubahan-perubahan yang membuatku terkejut betapa dulu tempat itu nggak ada sekarang jadi ada, dulu tempat itu sepi sekarang jadi ramai. Saat aku jalan-jalan dan membayangkan jaman dulu baru kusadari kalau banyak perubahannya.

Tetapi walaupun disana-sini banyak perubahan secara umum Blitar masih menjadi kota yang adem ayem. Blitar tetap menjadi Kota yang enak untuk ditinggali, Kota yang ngangeni. Kota yang disebagian besar hidupku sampai sekarang tinggal didalamnya. Kota yang di hari libur di malam minggu aku keliling bersepeda motor dengan istriku Nur Pudjianingsih dan anakku Ahmad Riefan tanpa bosan. Kotaku kota yang kucintai.

Semua yang berhubungan denganku sekarang ada di Blitar. Disini aku tinggal dan hidup dengan keluargaku. Disini aku mencari nafkah untuk keluargaku. Disini dikubur ayah dan ibuku. Disini aku berlebaran tiap tahunnya. Melalui blog ini aku akan bercerita tentang Blitar, segalanya yang aku ketahui tentang Blitar. Sejarahnya, tempat-tempat menarik disini, makanan-makanan enak disini, perubahan-perubahan yang terjadi, apa-apa yang tidak berubah, dan lain2. melalui blog ini temen-temen juga dapat menyumbangkan kesan-kesannya terhadap kota ini.

Mungkin cukup itu dulu dari saya, sampai ketemu di artikel-artikel berikutnya.