Libur Sabtu dan Minggu 10 Juli 2010 ini saya gunakan untuk berlibur dengan keluarga, kali ini kami ber wisata di daerah wisata sekitar Blitar Puncak Gunung Kelud. Kabupaten Blitar sebelah utara berbatasan langsung dengan puncak Kelud, tetapi untuk menuju kesana jalan kita lewat jalur sebelah barat, dari wilayah Kabupaten Kediri atau lewat Ngancar. Jalur itu menjadi jalur satu-satunya yang digunakan para pelancong, jalur itu sudah dikelola dengan baik oleh Pemkab Kediri. Sebelum bercerita tentang perjalanan ke Puncak Kelud berikut sedikit tentang Gunung Kelud yang saya ambil dari Wikipedia dan cerita dari beberapa orang.
Sejak abad ke-15 , Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah , peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelut kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjdi gejala unik yang baru terjadi dalam sejarah Kelut dengan munculnya asap putih dari tengah danau diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Letusan Kelud yang pernah saya alami adalah letusan 1990 dan 2007, letusan tahun 1990 terjadi saat saya kelas 1 SMP. Saya ingat waktu itu saya masuk sekolah siang tiba-tiba di suruh pulang karena ada kabar Gunung Kelud meletus. Saya lihat ke arah utara terlihat puncak kelut mengeluarkan asap, sekitar jam 2 siang sesampai dirumah hujan pasir melanda diawali dengan hujan kerikil kecil-kecil. Muntahan material menjadi hujan pasir disertai suara menggelegar berlangsung sampai malam. Setelah pasir diakhiri dengan hujan abu. Keesokan harinya terlihat akibat hujan pasir dan abu semua tertutup pasir, pemandangan terlihat seperti habis hujan salju.
Untuk letusan tahun 2007, seperti dikisahkan di Wikipedia letusan tidak terlalu membaya dampak yang besar. Hanya membuat warga sedikit panik. Menurut cerita orang-orang letusan yang paling membuat sengsara adalah letusan tahun 1966. Letusan itu terjadi setelah perstiwa pemberontakan PKI dan krisis ekonomi.
Letusan 2007 yang unik inilah yang membuat puncak Kelud semakin banyak di kunjungi. Timbulnya Gunung Anakan membuat banyak orang penasaran dan semakin digarapnya puncak kelud menjadi tujuan wisata membuat akses kesana mudah.
Kembali ke perjalanan puncak Kelud, ini kali kedua saya pergi ke sana pertama dulu saat masih SMA dengan temen2. Saat itu medan masih sulit tidak ada sarana seperti sekarang. Dari Blitar perjalanan menuju ke utara lewat Desa Penataran kemudian memutar lewat Ngancar untuk cari jalan yang bagus. Kita tidak perlu bingung, karena setiap pertigaan atau perempatan ada penunjuk arah ke Kelud. Sampai di pintu gerbang masuk wilayah wisata kami dikenakan biaya masuk Rp.5.000,- per kepala dan Rp.1000,- per sepeda motor. Di pintu retribusi ini terdapat rest area dengan tempat parkir yang lumayan luas dan kantin2 yang menyediakan makanan. Kita dapat beristirahat sebentar sbelum meneruskan perjalan dengan medan yang menantang.
Lepas dari pintu gerbang perjalanan masih lumayan jauh dari puncak. Jalan yang berkelok-kelok dan nauk turun curam membutuhkan kendaraan yang handal. Medan yang berat itu dapat tertutupi oleh pemandangan kanan kiri yang bagus, jurang-jurang dengan pepohonan yang hijau sayang kalo kita lewatkan. Sembari istirahat kita bisa menukmati pemandangan sambil berfoto-foto. Sampai di puncak kita melewati satu gerbang lagi untuk parkir kendaraan, dikenakan biaya parkir Rp.1.000 per motor. Tempat parkir motor dan mobil cukup luas dengan penjaja makanan di sebelah kiri dan pemandangan jurang di sebelah kanan. Harga-harga makanan cukup murah (standar), menurut saya untuk ukuran tempat wisata cukup murah.
Untuk menuju kawah kita turun jalan kaki lewat jalan yang cukup lebar dan melalui terowongan yang panjangnya sekitar 100 meter. Terowongan itu semacam jalan lahar/sistem pembuangan bila gunung meletus, dibangun mulai 1926. Terowongan yang gelap hanya diterangi cahaya dari mulut terowongan, kita harus persiapan senter agar nyaman melewati terowongan tersebut, cahaya dari HP tidak membantu. Keluar dari terowongan melalui jalan berpaving kita langsung menuju kawah. Sebelum letusan 2007 kawah itu berupa danau, kini dari dalam kawah muncul material-material yang membentuk sebuah gundukan yang disebut Gunung Anakan. Melewati tangga kita bisa mencapai dasar gunung anakan ini.
Gunung anakan ini mengeluarkan asap. Terlihat tinggi besar dihadapan kita, membuat kita sadar betapa Tuhan Maha Agung. Selain fenomena ini kita dapat menikmati pemandangan dari puncak tertinggi Gunung Kelud memalui suatu tempat pandang/semacam gasebo di puncak. Sebelum kesana kita harus naik anak tangga yang cukup tinggu dan curam. Membutuhkan tenaga ekstra untuk sampai kesana. Saat itu saya lihat ke atas gasebo itu tertutup kabut, saya pikir percuma saya naik keatas, Jadi kesempatan ini saya tidak naik ke puncak. Selain itu tempat yang patutu kita kunjungi adalah pemandian air panas. Letaknya turun kebawah sebelum memasuki mulut terowongan. Kita harus turun sekutar 200 anak tangga untuk sampai kesana. Pemandian air panas ini saya lewatkan juga. O iya selain pemandangan alam pengelola juga menyediakan beberapa wahana yang bisa dinikmati seperti flying fox dan sewa kendaraan ATV. Hanya dengan membayar Rp.10.000 kita dapat meluncur dengan flying fox. Di dekat kawah juga ada jasa foto langsung jadi dengan latar belakang kawah/gunung anakan hanya dengan Rp 10.000 sekali jepret.
Hari sudah siang, sebenarnya belum puas menikmati pemandangan Puncak Kelud. Tapi karena waktu makan siang dan anak saya sudah capek maka sekitar jam 12 kita pulang. Itulah sedikit ceritaku dari perjalanan ke Puncak Kelud.